Rabu, 30 Desember 2009

Kompetitor Ketakutan Windows 7 dirilis

Windows 7 yang dirilis oleh Microsoft sejak kemarin, membuat beberapa kompetitornya ketar-ketir. Namun, yang ketakutan itu justru datang dari perusahaan layanan browser. Lho kenapa?

Kehadiran Windows 7 yang sudah bundling dengan browser Internet Explorer 8 (IE8), yang menjadi pangkal persoalan. Mereka menuding, komposisi IE8 di sistem operasi terbaru bakal membuat peta persaingan di antara browser menjadi berantakan. Sebab, ini termasuk dalam kategori monopoli 'gaya baru'.

"Kehadiran Windows 7 sangat berbahaya bagi layanan browser lainnya. Karena, satu paket yang ditawarkan oleh Microsoft, membuat kami tidak bisa berkutik," ungkap Mitchell Baker Ketua Pengembang Open Source di Mozilla Firefox, seperti yang dikutip Reuters, Kamis (7/4/2009).

Sebelumnya, kekhawatiran ini juga dirasakan oleh Opera. Melalui Chief Executive-nya Jhon von Tetzchner, mereka mengadukan masalah monopoli Microsoft ini kepada Komisi Eropa. Padahal sebelumnya, Microsoft telah mengatakan pengguna akan dapat menonaktifkan tombol program seperti Internet Explorer, sehingga lebih mudah untuk menggunakan browser lain.

Namun pada kenyataannya, hal itu belum dilakukan oleh Microsoft. Sehingga, banyak perusahaan layanan browser yang mulai mengadukan masalah ini ke pihak yang berwenang.

Perbedaan Batik Tulis dan Batik Cap

Perbedaan Batik Tulis dan Batik Cap

Selasa, 22 Juli, 2008 oleh Komarudin Kudiya

Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, hal ini berdampak positif bagi produsen batik-batik di berbagai daerah. Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi sekali, walaupun kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar. Beberapa pengrajin batik menghendaki untuk pembayaran di muka agar produksinya bisa lancar dan pembeli akan segera menerima pesanan yang diminta, hal ini mengingatkan pada masa tahun 70-an dimana pada waktu itu batik juga mengalami permintaan yang cukup lumayan jumlahnya.

Perbedaan batik tulis dan batik cap bisa dilihat dari beberapa hal sbb:

Batik Tulis

Batik Tulis

Batik Tulis

  1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
  2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
  3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
  4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
  5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
  6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
  7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
  8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Batik Cap

Batik Cap

  1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
  2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
  3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
  4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
  5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
  6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
  7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap, namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam pengerjaan keduanya. Diantaranya adalah sbb:

  • Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna.
  • Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses pengerjaan buka tutup warnanya.
  • Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra) atau bentuk tenunannya.
  • Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada perbedaan anatara batik tulis dan batik cap.
  • Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya kualitas gambarnya saja.
  • Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali tidak ada perbedaan.
  • Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi.

Berikut ini contoh lain dari batik tulis dan cap:


Semoga bagi konsumen pecinta batik tidak akan merasa tertipu lagi dan bisa mengenal lebih jauh perbedaan antara batik tulis dan batik cap. Selamat berbelanja dan bravo batik Indonesia.

Peralatan Membatik

Kain batik yang indah dan menarik tentunya tidak lepas dari bagaimana kelihaian tangan-tangan pengrajin dalam mengolahnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menciptakan karyaseni tradisional ini dan tentunya dengan keuletan dalam menggunakan teknik-teknik tradisional alami yang mampu menghasilkan kain batik dengan ceceg-ceceg yang membentuk suatu pola motif indah akan membuat nilai dari batik tersebut menjadi tinggi dibandingkan dengan pembuatan batik menggunakan teknik moderen seperti cap, printing, sablon dan sebagainya. Dalam pembuatannya ada beberapa hal atau dalam bahasa inggrisnya weapon’s tertentu yang harus dipersiapkan. Pada kesempatan ini saya akan memncoba menjelaskan mengenai peralatan apa saja yang diperlukan dalam membuat suatu karya seni batik tradisional.

A. Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat dilaksanakan

B. Dingklik
Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik

  1. Gawangan
    Gawangan terbuat dari kayu atau bamboo yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan menggunakan canting
  2. Wajan
    Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.
  3. Anglo(Kompor)
    Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas “malam”. Kompor dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren ; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa. Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
  4. Tepas
    Tepas ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan ; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.
  5. Taplak
    Taplak berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin malam dari canting.
  6. Kemplongan
    Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri pola motif batik dan dibatik.
  7. Canting
    Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan.

Demikian weapon-weapon yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karya seni batik yang indah. Selanjutnya bergantung bagaimana daya kreatifitas yang muncul dalam diri seseorang.

Disadur dari artikel dari Tjokrosuharto Arts & Crafts dengan sedikit perubahan.

Batik Print

Batik print merupakan salah satu jenis batik yang baru muncul. Tidak diketahui pasti kapan mulai dikenal, tetapi kini menjadi produksi batik dengan jumlah paling banyak jika dibanding batik cap apalagi batik tulis.

Teknik pembuatan batik print relatif sama dengan produksi sablon, yaitu menggunakan klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain. proses pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan pencelupan seperti batik pada umumnya, hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik. oleh karena itu batik print merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal, kemunculannya dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.

Secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih.

Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan adanya metode print malam.Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya.

Batik????

SEKILAS BATIK TULIS

Apakah batik itu?

Pada dasarnya batik berasal dari istilah bahasa jawa "niba" yang artinya lilin/malam (cairan untuk membuat pola) dan "nitik" yang artinya kurang lebih menulis/ menggambar/ mewarnai pola. Jadi yang disebut batik sebenarnya adalah proses pembuatan menggambar/ mewarnai dengan menggunakan cairan lilin dengan cara ditulis/ digambar (dengan menggunakan canting).

Jadi sebetulnya batik itu pada dasarnya bukan nama desain corak ya?

Ya, tapi nama proses pembuatannya. Walaupun aktivitas membatik sulit diketahui kapan mulainya di Indonesia. Dan kelamaan hal itu bergeser menjadi suatu istilah corak. Seperti yang kita alami sekarang. Makanya jika produk kami ada yang mengatakan "aah...ini sih bukan batik" ya sah-sah saja, tapi perlu dilihat lagi konteks asal kata batik itu seperti tersebut di atas. Lalu kalau produk kami yang dibuat dengan melewati proses menyanting dan segala macam bukan batik, jadi namanya apa dong...

Ada berapa proses pembuatan batik?

Berdasarkan proses pembuatan, maka batik sebagai suatu istilah corak terbagi atas :

  • batik tulis; proses pengerjaan detail yaitu membuat desain, memindahkan desain ke kain, menyanting, mewarnai, melorot, baru terakhir menjahitnya.
  • batik cap; dikerjakan manual menggunakan alat cap dengan design tertentu.
  • batik sablon/ printing; disablon atau di cetak.

Bagaimana cara membedakan batik tulis dan printing?

Keunggulan batik yang asli dengan batik sablon tentunya sangat jauh berbeda. Jika batik asli permukaan kain dibolak balik kualitas warnanya sama karena teknik pewarnaannya dengan pencelupan. Sedangkan batik sablon permukaan kain bolak-baliknya tidak sama terkesan yang satu bergambar sedangkan baliknya polos atau hanya samar. Karena teknik batik sablon pewarnaannya dengan cara menorehkan obat pewarna atau tinta dipermukaan kain saja tidak dicelup. Inilah yang menjadikan batik sablon biasanya cepat luntur karena warna hanya menempel dipermukaan saja tidak meresap keseluruh sel-sel kain.

Karena proses pembuatan dan kualitas hasil itulah mengapa harga batik tulis juga menjadi lebih mahal...

Batik Klasik nan menawan

Batik dari Titik Menjadi Abadi

JAKARTA – Siapa yang tak kenal batik. Hampir semua orang mengenalnya. Kain ini memang populer di kalangan tertentu, dijadikan benda koleksi, dipuja, dan disimpan bak barang antik. Tak mengherankan untuk mendapatkannya, kolektor rela mengeluarkan dana tak terbatas hanya untuk selembar batik. ” Bukan nilai uangnya yang menjadi ukuran, tapi kepuasan jika berhasil memiliki,” ujar Thomas Sigar, kolektor batik yang juga seorang perancang busana.

SH/Gatot Irawan
Jenis batik Pekalongan berwarna cerah dan coraknya besar. Biasa dipakai sebagai pasangan untuk kebaya encin.

Kenapa kain itu disukai dan dijadikan koleksi? Menurut beberapa kolektor karena batik adalah barang seni. Batik ibarat sebuah lukisan, pembuatannya makan waktu, tidak pabrikan tapi satu persatu. Ini dianggap bernilai, terutama jenis batik kuno yang motifnya klasik. Batik klasik memiliki pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif flora dan fauna.
Dulu sempat berkembang polemik soal arti kata batik berasal dari mana. Sampai sekarang pun mereka belum sepakat soal apa arti sebenarnya kata batik itu. Ada yang bilang bahwa sebutan batik berasal dari kata tik yang terdapat dalam kata titik. Titik berarti juga tetes. Memang dalam pembuatan kain batik dilakukan penetesan lilin di atas kain putih.
Ada juga yang mencari asal kata batik dalam sumber tertulis kuno. Oleh mereka yang menelusuri dari data kuno itu dihubungkan dengan kata tulis atau lukis. Pendek kata, asal mula batik lalu dikaitkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya. Setuju atau tidak, batik tak terpengaruh. Kain khas ini sudah hadir selama berabad-abad.

Bisa Punah
Pada awalnya batik adalah pakaian raja-raja di Jawa di masa silam. Kemudian berkembang menjadi pakaian sehari-hari orang Jawa. Walau batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini sudah menjadi pakaian nasional, bahkan cukup dikenal di mancanegara. Kepopuleran batik seakan pisau bermata dua. Di satu sisi menjadikannya komoditas yang bernilai, di sisi lainnya batik kuno bakal punah karena dibeli oleh orang asing.untuk koleksi.
” Sebenarnya itu ketakutan yang nggak beralasan,” ujar Thomas. Batik kuno memang harganya mahal. Ada yang jutaan rupiah sampai ratusan juta rupiah. Orang-orang asing itu, lanjutnya, punya apresiasi yang baik terhadap batik dan punya uang. Mereka tak hanya sekadar mengoleksi tapi juga belajar tentang batik. Berbeda dengan orang kita yang sekadar koleksi dan cenderung ikut-ikutan. Apa itu batik dan apa makna di dalamnya, kurang dipahami.
Menurut Thomas, memang ada banyak juga warga Indonesia yang sangat mengerti batik. Mereka berusaha menyelamatkan dan melestarikan lewat perkumpulan atau upaya pribadi. Mereka ini saling bertukar informasi dengan berbagai kolektor, termasuk kolektor asing. ” Jadi saya nggak setuju kalau batik kuno bakal hilang. Mereka menyimpannya teliti dan sangat baik,” katanya.

Motif Langka
Thomas mengaku suka batik sejak lama. Sebagai perancang busana, dia mau tak mau akhirnya bersentuhan dengan kain itu. Koleksinya adalah batik-batik lawas tapi pilihan. Jumlahnya ratusan buah. Dia tak mau bicara soal nilai koleksinya, tapi dijamin semuanya berkualitas.
Dari sekian banyak koleksinya, ada batik yang amat disukainya, yakni batik Van Zuylen. Thomas memiliki tiga batik buatan orang Indo Belanda itu. Dalam perkembangan perbatikan di Tanah Air, ada fase penjajahan Belanda. Dalam fase ini, batik lokal dipengaruhi oleh selera Eropa. Makanya dalam motif-motif batik yang ada dalam masa itu terdapat buket, kartu remi, meriam dan sebagainya yang berbau-bau Eropa.
Koleksi Thomas lainnya adalah batik Cirebon yang bermotif mega mendung. Bagi penggemar batik, rasanya tak mungkin tak mengoleksi jenis batik pesisiran itu. Tapi yang ini, sambungnya, unik. Dasar kainnya hitam dengan motif mega mendung merah. Belum pernah Thomas melihat dasar kain batik Cirebonan berwarna hitam. Koleksi ini didapat seorang ibu yang dulu pernah bekerja pada Fatmawati Soekarno, presiden pertama RI.
Untuk menghadirkan motif klasik yang langka, ada upaya dari penggemar batik Mereka membuat batik baru dengan motif-motif lama. Ini salah satu pelestarian motif sehingga tidak hilang. Tetapi dari segi mutu, berbeda karena proses yang dilakukan pada zaman dulu berbeda dengan masa kini. Sehingga bagi kolektor fanatik, jenis batik replika ini kurang digemari. Tetapi bagi pecinta batik lainnya, ketimbang tidak dapat yang asli yang replika pun boleh-boleh saja.

SH/Gatot Irawan
Etty Tejalaksana, koleksi batiknya barulah 150 buah

Sulit Membedakan
Membedakan yang asli dan replika bagi penggemar pemula, memang agak susah. Apalagi jika ia tak pernah melihat sebelumnya di literatur. Tapi bagi yang ahli, mudah membedakannya, jika memegangnya. Terutama dilihat dari tekstur kain dan tampilan warna. ” Yang replika biasanya lebih bagus dari aslinya,” sambung Thomas.
Tapi bukan pula yang bagus itu selalu replika. Sebab banyak batik Belanda, begitu julukannya, disimpan secara apik oleh pemiliknya. Sehingga sampai kini pun warnanya tidak berubah, kainnya mirip kain baru. Mungkin karena sama sekali tidak pernah dipakai. Begitu pun jenis batik klasik lainnya yang tetap bagus kondisinya hinga kini. ” Penyimpanan dan perawatan menentukan keawetannya. Sebaiknya jika ingin mengoleksi batik kuno, kita harus rajin tanya. Atau membeli langsung dari pemilik atau pewarisnya,” saran Thomas.
Etty Tejalaksana, penggemar baru, mengakui awalnya dia sering tertipu. Membedakan antara batik yang bagus dan tidak saja, sulit. Makanya sarannya jika seseorang ingin menekuni hobi batik, harus belajar. Ilmu batik tak hanya yang ada di buku-buku. Semakin sering terjun ke lapangan yakni mendatangi pembatik tradisional, berburu ke pelosok, bisa mengasah pengetahuan. Ibarat bayi, semakin sering jatuh maka semakin cepat berdiri.
Ibu tiga anak itu mencontohkan batik Pekalongan yang diperlihatkan pada SH. Secara kasat mata, penampakannya sempurna. Warna-warnanya serasi, motifnya menarik, namun kalau diperhatikan ada warna yang tidak merata. ” Dalam proses pembuatan, mungkin perajin kurang cermat mencelupkanya saat pewarnaan. Jadi batiknya belang-belang tipis. Ini produk gagal, namun ada yang suka karena gradasi warnanya serasi,” tuturnya.
Etty mengaku jumlah koleksinya baru sekitar 150 lembar, terdiri dari kain dan selendang. Maklum dia baru menyukai batik pada 1998 akhir. Ketika itu dia jatuh hati pada batik Hohokay. Dikatakannya, ini batik spesial yang dibuat pada masa penjajahan Jepang. Motifnya banyak dipengaruhi unsur Jepang. Seperti warnya yang condong kebiru-biruan dan kekuning-kuningan.
Dari sinilah dia kemudian mulai mengoleksi satu demi satu. Pikirnya ketimbang kebarat-baratan, lebih baik melestarikan karya leluhur saja.
(SH/gatot irawan /bayu dwi mardana)

Rabu, 02 Desember 2009

Pengakuan dunia

Hari Pengakuan Batik oleh UNESCO

B1

Surken – Menanggapi ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia, penjual batik di Suryakencana, Vanny menyatakan kebanggaannya karena batik mendapat pengakuan Badan PBB yang membidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO). UNESCO pada 2 Oktober 2009 mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia.
“Pengakuan UNESCO tersebut tentu saja sangat diperlukan agar batik tidak lagi diributkan miliknya siapa. Namun, jangan hanya sekarang saja batik ramai-ramai dipakai dan dicari. Pelestarian harus wajib kita lakukan,” papar Vanny yang juga mengelola toko Rimmo di jalan Suryekencana bersama suaminya.
Selain itu, dengan adanya pengakuan batik oleh UNSECO ini, ia juga mendapatkan keuntungan karena penjualan batik di toko pakaiannya meningkat lebih dari 50 persen. Kebanyakan mereka yang mencari batik adalah para wanita karir dan ibu-ibu yang membeli batik untuk dikenakan anaknya di sekolah khusus kemarin. “Kemarin banyak sekali yang membeli hingga beberapa model batik yang kami jual kehabisan model,” ujar ibu dua anak ini kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Tak heran, masyarakat Bogor umumnya dan warga Surken pada khususnya ikut memeriahkan pengakuan UNESCO ini dengan memakai batik bersama-sama. Terlihat sejak pagi kemarin, warga yang lalu lalang di kawasan Suryakencana banyak yang memakainya. Mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, anak sekolah, mahasiswa, hingga anak kecil pun memakainya. Ketika ditanya, beberapa dari mereka yang mengenakan batik mengetahui kemarin adalah hari pengakuan batik oleh UNESCO.
Meski demikian, kata Vanny dan warga yang sedang memakai batik ini, setiap warga Indonesia harus meningkatkan rasa memiliki dan menghargai setiap produk Indonesia. Rasa itu harus dimunculkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menghargai setiap lembar kertas uang Indonesia. “Kita lihat saja contoh yang mudah. Jarang sekali ada yang menghargai uangnya. Uang kertas banyak dicorat-coret dan digambari,” paparnya.
Jika itu dilakukan, tambah Vanny, mulai sekarang tidak ada lagi yang akan kebakaran jenggot karena ketakutan budayanya diambil. Malah sebaliknya, rakyat Indonesia akan mawas diri karena belajar dari pengalaman sebelumnya serta lebih meningkatkan kecintaan mereka dengan kampus. “Kita ribut kalau sudah ada gembar-gembor pengakuan salah satu bdaya kita oleh negara lain kan?,” tandasnya.

macam motif batik


Motif batik
Motif batik Indonesia
menjadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu, pasalnya negara tetangga mengklaim batik nusantara. motif batik benar2 diakui dunia setelah PBB mengesahkan batik sebagai warisan asli bangsa indonesia. klaim pihak tertentu tidak terlepas dari ketidak tahuan anak bangsa terhadap warisan luhur budanyanya. So Let's know motif batik Indonesia
Motif batik jogja
Gambar motif batik yogyakarta atau yogya sebagaian bisa anda lihat di blog motif batik
MOTIF BATIK CUWIRI [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai “Semek’an” dan Kemben. Dipakai saat upacara “mitoni”
Unsur Motif : Meru, Gurda
Makna Filosofi : Cuwiri artinya kecil-kecil, Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati
MOTIF BATIK SIDO MUKTI [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain dalam upacara perkawinan
Unsur Motif : Gurda
Makna Filosofi : Diharapkan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan.

MOTIF BATIK KAWUNG [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Naphtol
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Geometris
Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan

MOTIF BATIK PAMILUTO [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Makna Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].

MOTIF BATIK PARANG KUSUMO {MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Naphtol
Digunakan : Sebagai kain saat tukar cincin
Unsur Motif : Parang, Mlinjon
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah

MOTIF BATIK CEPLOK KASATRIAN [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain saat kirab pengantin
Unsur Motif : Parang, Gurda, Meru
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah

MOTIF BATIK NITIK KARAWITAN [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain panjang
Ciri Khas : Kerokan
Unsur Motif : Ceplok
Makna Filosofi : Pemakainya orang yang bijaksana

MOTIF BATIK TRUNTUM [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.

MOTIF BATIK CIPTONING [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain panjang
Unsur Motif : Parang, Wayang
Ciri Khas : Kerokan Makna Filosofi : Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar

MOTIF BATIK TAMBAL [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru

MOTIF BATIK SLOBOG [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Naphtol
Digunakan : Sebagai kain panjang
Unsur Motif : Ceplok
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Slobog bisa juga “lobok” atau longgar, kain ini biasa dipakai untuk melayat agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap yang kuasa

MOTIF BATIK PARANG RUSAK BARONG [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain panjang
Unsur Motif : Parang, Mlinjon
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Parang menggambarkan senjata, kekuasaan.
Ksatria yang menggunakan MOTIF BATIK ini bisa berlipat kekuatannya.

MOTIF BATIK UDAN LIRIS
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai kain panjang
Unsur Motif : Kombinasi Geometris dan Suluran
Ciri Khas : Kerokan Makna Filosofi : Artinya udan gerimis, lambang kesuburan
Ada perbedaan antara corak motif batik solo , motif bati pekalongan dan jogja terutama pada pola. batik jogja bisanya mempunyai corak dengan dasar putih sedangkan motif batik solo biasanya tidak mempunyai dasar warna putih dan motif batik pekalongan lebih colorfull.

Belajar membatik

Sekilas Tentang Cara Membatik

Anda yang punya dan pernah mengenakan baju batik --batik tulis-- mungkin tak pernah menyadari bagaimana rumitnya menciptakan bahan pakaian tradisi adiluhung tersebut hingga bisa dikenakan. Ternyata, untuk menciptakan selembar kain batik tulis berukuran 2,5 x 2,5 meter, sang pembatik harus menekuninya paling cepat satu bulan untuk menyelesaikannya.

Dalam Pameran Batik Nusantara yang digelar Paguyuban Pecinta Batik Indonesia 'Sekar Jagad' di TBY, seorang perajin batik Radiyem (37) yang merupakan perajin perancang busana Afif Sakur menyatakan jika ingin mendapatkan batik yang berkualitas harus melalui sejumlah proses yang memakan waktu yang cukup lama. Menurutnya, semakin lama proses yang ditempuh, batik yang diperoleh biasanya akan semakin bagus.

"Membuat batik yang bagus bisa sampai berbulan-bulan. Satu bulan mungkin yang paling cepat," katanya sambil melanjutkan meniup canting berisikan malam panas di sampingnya.

Ditemui GudegNet siang itu, perajin batik yang telah membatik sejak kelas 3 SD itu sedang menyelesaikan motif Mukti yang diakuinya merupakan salah satu motif kesukaannya. Saat itu, ibu beranak tiga yang hanya lulus SD itu sedang menyelesaikan pembuatan pola awal yang sering disebut dengan klowongan pada kain suteranya.

Menurut Radiyem, untuk membuat kain batik, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan menggambar pola motif batik di atas kain dengan menggunakan pensil. Baru setelah itu dilanjutkan dengan mempertebal pola tersebut dengan malam atau tahap klowongan.

Setelah seluruh pola tergambar dengan jelas, tahap selanjutnya adalah melakukan isen-isen atau mulai mengisi pola hingga motif batik yang dikerjakan mulai memunculkan bentuk yang jelas. Dari tahap isen-isen, tahap yang cukup rumit selanjutnya menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan yakni cecekan atau mengisi titik kecil yang memang menjadi salah satu ciri khas setiap kain batik.

Usai tahap isen-isen dan cecekan, kain yang telah muali terlihat motifnya lalu diblok atau melalui proses tembokan. Pada tahap selanjutnya yakni celupan, akan menentukan warna apa saja yang akan ada dalam kain batik. Tahap celupan selajutnya dipungkasi dengan tahap coletan yang merupakan tahap penjadian warna kain batik.

Radiyem yang telah bekerja sekitar 10 tahun di bawah perancang busana Afif Sakur mengaku sejak kecil memang telah menyukai batik. Kecintaan orang asli Bayat Klaten ini terhadap batik ternyata didukung oleh ibunya yang menjadikannya seorang perajin batik hingga saat ini.

History of batik

Sejarah Batik Indonesia


Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.



Perkembangan Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Proses pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.



Batik Pekalongan

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Musium batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.


Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.